Republik Dominika, salah satu Negara
Amerika Latin, pada tahun 1950-an atau 1960-an mengalami masa gelapnya.
Presiden Trujilo yang merupakan penguasa utama pada rejim itu menjalankan
pemerintahan dengan gaya dictator yang kaku dan tak kenal ampun. Saat itu, di
Negara itu, diam adalah hal yang akan membuat kita aman. Siapapun yang dianggap
mengancam stabilitas Negara maka Trujilo akan menyingkirkannya dengan caranya
sendiri, yaitu membunuhnya.
Saat itu dalam keluarga Mirabal
tumbuh gadis-gadis cantik yang segera sadar dan kritis akan keadaan. Salah satu
yang paling menonjol adalah Minerva Mirabal. Dia merasa ada yang tak beres
dengan negaranya. Dia dan beberapa saudaranya bersikeras untuk menempuh pendidikan
di luar kota. Setelah sedikit berdebat dengan ayahnya maka Minerva dan
saudara-saudaranya, yang kesemuanya perempuan, berangkat untuk menempuh
pendidikan di asrama.
Di sekolah khusus perempuan inilah
untuk pertama kalinya Minerva bertemu Trujilo. Dalam sebuah pentas seni teman
dekat Mirabal bermaksud untuk memanah Presiden Trujilo secara terang-terangan
yang hadir dalam acara itu. Namun, menyadari itu Minerva melarangnya. Mulai
saat itu lah Trujilo terkesan dengan Minerva. Sesuai rumor yang beredar salah
satu teman Minerva dibawa oleh Presiden Trujilo dan tak pernah kembali. Dia
dikabarkan telah hamil dan mempunyai anak dari Trujilo. Saat itu lah Minerva
sadar ada sesuatu yang buruk pada Trujilo. Dalam sebuah jamuan makan malam
dengan presiden Minerva hadir sebab ayahnya bekerja untuk pemerintah. Saat itu
Trujilo mengajak Minerva berdansa tetapi karena merasa dilecehkan oleh Trujilo
Minerva menamparnya di muka umum.
Setelah
itu keadaan menjadi buruk ayah Minerva ditangkap dan disiksa sampai Minerva mau
menyerahkan diri. Minerva pun melakukan suatu undian yang menyatakan jika ia
menang Truilo akan mengizinkannya sekolah hokum dan ayahnya dibebaskan. Padahal
saat itu perempuan dilarang bersekolah di bidang hokum. Memenangkan undian itu
Minerva pun menenmpuh pendidikan tinggi di jurusan hokum. Di sana dia dikenal
sebagai ‘kupu-kupu’. Di sana Minerva tau bahwa kekasihnya terdahulu telah tewas
dalam sebuah penyelidikan.
Di
sekolah itu kemudian Minerva membentuk gerakan bersama teman-temannya untuk
melawan dan mengkritisi pemerintah. Adik Minerva turut serta dalam gerakan ini.
Akhinya Minerva menikah dengan mahasiswa hukum yang juga sekaligus teman
sepergerakan. Setelah beberapa tahun berselang Minerva harus berpisah dengan
anak-anaknya untuk melanjutkan gerakkannya. Minerva sempat ditangkap kemudian
dibebaskan. Namun, kemudian dia dan dua saudaranya dibunuh secara keji karena
dianggap melawan dan membahayakan rejim Trujilo.
Dalam Perspektif Psikologi
Gender
Membaca
apa yang disajikan dalam film tahun 2003 ini banyak fenomena gender yang
menarik untuk diperhatikan. Dalam teori gender perspektif budaya laki-laki dan perempuan dibedakan secara
maskulin dan feminis. Laki-laki dipandang bisa melakukan hal-hal yang berat seperti
bekerja di bidang hukum (dalam film ini) sedangkan wanita hanya bekerja di
rumah.
Dalam
film ini Minerva juga mendobrak feminism yang melekat pada perempuan dengan
berusaha bisa bersekolah di hukum.
Minerva dalam hal ini tidak mempedulikan perbedaan dan stereotype yang
berlaku bahwa perempuan tidak pantas belajar hukum. Dalam hal ini awalnya
Minerva memang mengalami kesulitan untuk bergabung dengan gerakan melawan
Trujilo. Namun, berkat kegigihannya Minerva mampu bergabung bahkan menjadi
tokoh yang penting dalam gerakan ini.
Eagly dan Mladinic (dalam Baron dan Bryne, 2003) menemukan bahwa
stereotipe gender pada perempuan ternyata lebih disukai oleh masyarakat. Temuan
ini dideskripsikan dengan istilah “women-are-wonderful effect.” Meskipun
sifat yang dianggap milik perempuan itu positif dan lebih disukai, Baron dan
Bryne (2003) berpendapat sifat tersebut cenderung dipandang kurang sesuai untuk
posisi atau level status yang tinggi. Pada akhirnya, stereotipe ini menjadi
penghalang besar untuk peran serta perempuan di area publik seperti perusahaan,
pemerintahan, dan sebagainya ( Rochyati dan Siregar, 2010).
Nelson menyatakan bahwa prasangka dan stereotipe terhadap perempuan
berasal dari banyak sumber. Salah satunya melalui pembelajaran sosial. Teori
pembelajaran sosial menjelaskan bahwa sejak usia yang sangat muda, anak
diajarkan tentang bagaimana menjadi seorang pria dan perempuan dalam
masyarakat. Rice turut menjelaskan bahwa sejak awal, anak pria dan perempuan
memang mengalami sosialisasi yang berbeda. Sebagai contoh, pria diharapkan
untuk lebih aktif, kasar, dan agresif ( Rochyati dan Siregar, 2010).
Dalm film ini anak-anak perempuan bisa dengan mudah diserahkan
kepada Trujilo memperlihatkan bahwa stereotype gender bagi wanita adalah kesan
lemah. Bahkan symbol kupu-kupu juga menjadi symbol feminis yang menggambarkan
bahwa perempuan sangat lembut, lemah, tapi mempesona seperti kupu-kupu.
Dalam film ini dijelaskan bahwa stereotype itu bisa hilang seiring
dengan perjuangan Mirabal bersaudara melawan penindasan Trujilo. Mereka memang
akhirnya dibunuh tetapi hari kematian mereka diperingati sebagai hari anti
kekerasan terhadap perempuan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar