Sabtu, 23 Juni 2012

Fenomena Korean Wave dan Dampaknya terhadap Kepribadian Remaja


Bab I
Pendahuluan
Tekhnologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat pada akhir decade ini tak hanya berdampak secara ekonomis. Secara sosiologis dan psikologis,  melesatnya perkembangan teknologi juga memiliki dampak yang maha dahsyat. Aspek sosiologis dan psikologis ini terdampak oleh karena pertarungan budaya-budaya dari seluruh penjuru dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini pertarungan budaya antar negara atau antar bangsa merupakan hal yang coba untuk dibahas.
Hiburan atau entertainment memang menjadi satu hal yang penting dan bahkan menjadi satu hal yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hiburan ini didapatkan oleh manusia sala satunya dari media hiburan elektronik mulai dari radio, tv, hingga handphone yang kini telah dilengkapi berbagai macam fitur yang mutakhir menjadi onestop gadget.
Tapi piranti atau gadget yang paling menjadi pilihan adalah internet. Hal itu disebabkan internet merupakan gadget yang paling update dan luas jaringannya. Berbagai macam hiburan baik film, music, maupun gambar bisa didapat di sini secara gratis. Selain dari segi kualitas internet itu sendiri, secara kuantitas internet juga telah merambah wilayah pedesaan hingga pelosok berkat pelopor pemerintah maupun swasta. Kemudahan inilah yang membuat dunia menjadi terbentang luas tanpa batas. Berbagai budaya, bahkan dari kutub utara bisa mencapai Jepara paling utara. Manifestasi-manifestasi budaya itu banyak dikemas dalam berbagai bentuk seni hiburan.
Budaya dari tiap negara mempunyai cirri khasnya sendiri dan tiap negara akan direspon secara berbeda. Dalam hal ini budaya yang dibawa oleh negara Korea Selatan tengah menjadi trend yang sangat menonjol selama setahun terakhir. Boyband, girlband, dan drama seri Korea Selatan merupakan komoditi yang laris manis di Indonesia. Hallyu atau Korean Wave, istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global. Pesebaran akan budaya korea itu nampak dari berbagai hal. Pertama tayangan di televise kini kebanyakan menampilkan drama seri korea atau konser-konser boyband atau girlband Korea. Kedua trend music kita juga mengalami corak baru. Corak baru tersebut adalah munculnya beragam boyband dengan style yang mirip atau sealiran dengan boyband Korea. Sehingga tak pelak lagi boyband atau girlband dalam negeri ini sering dianggap plagiat.
Ketiga dari yang bisa diamati di setiap sudut kelas banyak gadis atau kelompok gadis yang histeris hanya karena membahas sekelompok boyband Korea idola mereka. Hingga muncul komunitas atau klub-klub yang terbentuk atas dasar siapa idola mereka. Klub-klub dari berbagai penjuru ini bahkan bertemu hanya untuk menonton bersama boyband idola mereka hingga menangis histeris. Kegiatan kopi mengkopi video atau lagu-lagu Korea menjadi hal yang biasa ditemui bahkan hingga di sudut-sudut kampus ternama. Di lapak-lapak penjual koran di kantin-kantin kampus tabloid-tabloid yang membahas boyband, girlband atau artis Korea Selatan juga semakin bertambah. Mode-mode baju juga kian mengalir kea rah Korean Style.
Dalam perbincangan sederhana dengan-dengan beberapa gadis-gadis di fakultas-fakultas pun artis Korea dan kesehariannya kian menjadi topik utama. Mengeluarkan uang berjuta-juta hingga berangkat ke luar negeri demi menonton konser artis pujaan pun dilakoni. Selanjutnya yang tak kalah menarik adalah banyak dari gadis-gadis yang memuja artis-artis Korea juga tertarik untuk belajar Bahasa Korea dan sejarah Korea secara serius. Terakhir yang juga menarik dan kadang ironi adalah para gadis ini tak jarang mengungkapkan keinginannya untuk tinggal bahkan menjadi warga negara Korea.
Betapa dahsyatnya gempuran budaya Korea sehingga budaya seni hiburan dalam negeri tak berdaya dibuatnya. Pemudi-pemudi negeri lebih memilih menonton tayangan Korea daripada tayangan lokal yang kerap dianggap menjiplak dan monoton. Masalah ini telah menjadi bahan kajian menarik di berbagai artikel berita. Hal itu disebabkan adanya kemungkinan atau anggapan bahwa budaya Korea ini akan berdampak buruk bagi kepribadian remaja, khususnya remaja putri. Apalagi tak sedikit dari para gadis ini yang akhirnya bahkan menerapkan standar pasangan sesuai artis Korea idaman mereka. Style, pasangan, preferensi hiburan, preferensi belajar bahasa asing, dan preferensi aliran music semua tak bisa dilepaskan dari bau-bau Korea.
Oleh karena beberapa hal tersebut di atas maka makalah ini akan mencoba menganalisis bagaimana remaja khususnya remaja putri dalam menilai atau mengolah informasi sehingga terbentuk fenomena Korean Wave di Indonesia serta  dampaknya bagi kepribadian mereka.

Bab II Deskripsi Gejala
            Dalam makalah ini juga akan disajikan beberapa data sekunder yang akan mendukung deskrisi gejala mengenai Fenomena Korean Wave.
a.       Maraknya Boyband dan Girlband asal Korea.
…..Dunia musik Indonesia juga tidak bisa menghindar dari Hallyu. Boyband dan girlband yang mengambil konsep Korea pun mulai bermunculan. Tren ini mungkin akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. Hal itu juga Bisa dilihat saat acara As1anniversary yang berlangsung pada 5 Januari 2012 di Twin Plaza Hotel. Walau acara tersebut dimaksudkan untuk penggemar J-pop dan K-pop, sebagian besar pengunjung adalah penggemar pop Korea…. (www.oktomagazine.com)
…..Demam K-Pop dan Drama Korea mulai menghinggapi sebagian besar remaja di negeri ini. Saat SUPER JUNIOR (SuJu) akan mengadakan Konser Super Show 4 di Jakarta, begitu banyak remaja kita yang rela antri sehari semalam hanya untuk mendapatkan tiket konser itu…. (www.sosbud.kompasiana.com)
…..Remaja kita kini sangat menggilai bintang-bintang Korea seperti Super Junior, Shinee, DBSK, SNSD, dan Wonder Girls. Apalagi para penggemar Super Junior yang menamakan diri mereka Komunitas ELF, singkatan dari Ever Lasting Friend….
…. Salah satu boyband asal Korea Selatan yang memiliki banyak fans di Indonesia dan terkenal tidak hanya di Asia bahkan Dunia serta cukup berpengaruh di industry musik asia adalah Super Junior.  Boyband yang beranggotakan 13 pria muda asal Korea Selatan ini memiliki penggemar di banyak Negara di  dunia terutama asia dan  Super Junior  merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji karena pasalnya boyband ini memiliki jutaan fans/penggemar yang tergabung dalam banyak fansclub yang juga tersebar diseluruh dunia….. (Obteteriana, 2011)

b.      Histeria Penggemar Boyband dan Girlband Korea
…..Super Junior  merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji karena pasalnya boyband ini memiliki jutaan fans/penggemar yang tergabung dalam banyak fansclub yang juga tersebar diseluruh dunia bahkan ada fansclub yang lingkupnya internasional, jadi anda harus mendaftar dan memiliki kartu member fansclub jika ingin menjadi fans resmi dan diakui menjadi fans Super Junior  yang kerap disebut ELF ini. Fansclub ini melakukan banyak kegiatan bersama misalnya menonton konser bersama, mengadakan acara gathering atau kumpul kumpul dan diskusi yang biasanya dilakukan via online lewat forum-forum diskusi di internet dan tema diskusinya tentu saja tentang idola mereka, Super Junior….. (Obteteriana, 2011)
….Para penggemar, terutama remaja, tak henti menggandrungi segala macam yang berhubungan dengan sang artis pujaan. Mulai dari aksesori yang di pakai, musik yang dibawakan oleh boyband, berita-berita yang sedang terjadi di Korea pun akan segera diketahui oleh penggila gelombang ini…. (www.oktomagazine.com)
…. Baru-baru ini, SONEs dari Indonesia dan Filipina menandatangani petisi untuk meminta konser SNSD di negara mereka. Dengan Asia yang sedang berlangsung Tour / pertunjukan di negara-negara seperti Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, dll, permintaan dan menggila untuk para gadis memang meningkat……(www.primadona-minhwanfact.blogspot.com)
……Demam K-Pop dan Drama Korea mulai menghinggapi sebagian besar remaja di negeri ini. Saat SUPER JUNIOR (SuJu) akan mengadakan Konser Super Show 4 di Jakarta, begitu banyak remaja kita yang rela antri sehari semalam hanya untuk mendapatkan tiket konser itu. Bercermin dari harga tiket konser SuJu yang lumayan mahal, apakah kita tahu semua remaja itu berasal dari keluarga mampu yang memiliki tingkat ekonomi berlebih?.......(www.sosbud.kompasiana.com)
….Kikan (15) yang masih ABG itu begitu mengidolakan musik K-Pop. Saat tahu idola kesayangannya sang fenomenal SuJu akan menggelar konser “Super Show 4″ pada tanggal 28 dan 29 Mendatang di Mata Elang Internasional Stadium, Jakarta, Kikan begitu menggebu-gebu ingin mendapatkan tiket konser itu seperti teman-temannya. Mulailah ia merayu sang ayah agar bisa membeli tiket yang harganya lumayan mahal itu.
Jono berusaha memberi pengertian pada putri bungsunya itu. Jono mengatakan bahwa gajinya takkan cukup untuk hidup mereka sebulan jika Kikan tetap memaksa dibelikan tiket Konser Super Show 4 itu. Sayangnya, Kikan belum bisa memahami akan kesulitan ayahnya. Ia tetap ngotot minta dibelikan tiket konser itu. Bahkan Kikan ngambek tidak mau keluar kamar bila ayahnya tak memenuhi keinginannya….. (www.sosbud.kompasiana.com)
….Fenomena K-Pop dan drama Korea di negeri ini memang tak bisa terbendung lagi. Seharusnya orang tua bisa meyakini putra putri mereka bahwa tak perlulah sampai seperti itu mengidolakan artis Korea. Remaja kita kebanyakan telah termakan budaya luar. Apapun yang masuk ke negeri ini, berbondong-bondong diikuti. Alasan utamanya karena artis-artis Korea itu ganteng dan keren! Apalagi Drama Korea yang banyak ditayangkan di televise…. (www.sosbud.kompasiana.com)

c.       Konsep Tampan, Mode Baju dan Kuliner A La Korea yang mulai popular
…..Begitu juga berbagai jenis kuliner Korea mulai menjamur di Indonesia, contohnya, kimchi dan tteokbokki. Kalau di negara asalnya jajanan tersebut bisa ditemukan di hampir semua pusat perbelanjaan….(www.oktomagazine.com)
…. Namun, perlu diakui bahwa kuatnya karakter dan identitas para artis Korea mampu membuat mereka menjadi trendsetter baru dalam dunia musik, seni acting, fashion dan gaya hidup…. (www.oktomagazine.com)
Konsep tampan itu kini menjadi homogen  bagi Super Junior, dan kesadaran yang mereka miliki adalah bahwa yang memiliki ciri ciri wajah seperti Super Junior -lah yang termasuk pria tampan. Homogenitas tentang criteria pria tampan dikonstruksikan atau dibentuk oleh media dan salah satu representasinya adalah Super Junior, hal ini (konstruksi ketampanan ini) yang juga menginspirasi salah satunya boyband SM*SH… (Obteteriana,2011)
….Jenis baju yang dijual pun bermacam-macam, salah satunya baju Korea import yang dijual dengan harga murah. Hal tersebut biasanya tidak lepas dari faktor permintaan masyarakat Indonesia yang sudah mulai memakai baju-baju asal negeri ginseng itu…. (www.gayakoreajepang.com)

d.      Populernya Bahasa Korea di Indonesia
…. Begitu tergila-gilanya, sampai-sampai diantara para pengggemar itu mempelajari bahasa Korea, “Supaya bisa berkomunikasi dengan sang pujaan,” kata salah satu diantara mereka saat diwawancarai OktoMagazine di acara As1anniversary…. (www.oktomagazine.com)
           
            Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa demam Korea ataupun yang dalam bahasa Korea dikenal dengan Hayyul sudah merasuk dalam berabagai aspek dan bentuk manifestasinya yang bermacam-macam. Hal itu mulai dari gaya hidup, style, makanan, bahasa, hingga hysteria yang kadang agak berlebihan dari para penggemar boyband Korea.
           


Dari kutipan berita-berita di atas menjadi menarik untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut:
a.       Bagaimana proses penilaian informasi atas seni budaya Korea sehingga memunculkan banyak hysteria dan perilaku meniru?
b.      Bagaimana dampak menggemari terlalu berlebihan dengan kepribadian remaja?
c.       Bagaimana proses ketertarikan atas artis Korea bisa begitu tingginya pada remaja?

Bab III Analisis Gejala
Untuk menganalisis gejala yang ada maka dalam tulisan ini akan dipakai beberapa teori.  

Kognisi Sosial
Kognisi social digunakan untuk  menerangkan cara-cara kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia social. Dalam teori kognisi social ada yang disebut dengan skema. Skema akan sangat berpengaruh pada beberapa aspek kognisi social yang lain. Aspek itu adalah attention, encoding, dan retrieval. Dalam hubungannya dengan atensi, skema akan menyaring berbagai informasi dan hanya menerima yang sesuai atau konsisten dengan skema kita saja (Baron&Byrne, 2009). Dalam Fenomena Korean Wave ini para penggemar benar-benar menggunakan skemanya sehingga informasi yang konsisten,yaitu informasi mengenai artis atau boyband pujaan mereka menjadi dengan mudahnya masuk.

Atribusi: Memahami Perilaku Orang Lain
Dalam hal memahami perilaku orang lain kita tidak hanya ingin tahu bagaimana orang berperilaku. Kita juga ingin tahu mengapa orang berperilaku demikian(Baron&Byrne, 2009). Intinya kita akan berusaha mencarai tahu banyak hal tentang orang lain apalagi yang kita sukai. Hal ini disebut atribusi.
Setelah menerima suatu informasi mengenai artis idolanya, si penggemar ini akan terus berusaha mengumpulkan perilaku atau serita-cerita lain mengenai idolanya ini sehingga benar-benar melekat di pikiran. Figur yang dibangun oleh media, yang menampilkan sosok yang keren, ganteng, kreatif, bertalenta adalah sifat-sifat yang menonjol. Oleh karena itu para penggemar langsung menangkap itu sebagai trait utama mereka dan semakin menggemari mereka.

Pembelajaran Melalui Observasi
Proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang lain (Baron&Byrne, 2009). Untuk para penggemar Korean pop ini mereka cukup dengan mengobservasi perilaku para idola mereka secara intens dan langsung menyukainya. Selain karena ketertarikan fisik, tren juga menjadi sebab utama. Menurut teori ini penggemar tidak hanya berhenti pada menyukainya saja, tetapi juga meniru perilaku idola mereka. Sedangkan hal yang diiru banyak sekali, mulai dari bahasa, cara berpakaian, dan gaya hidup lainnya. Tak jarang kemudian apabila bisnis mode baju ala korea dan kuliner korea serta aksesoris korea kini menjamur.

Ketertarikan Interpersonal
Hal ini merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain. Dalam hal ini ada pula teori repeated exposure. Menurut teori ini paparan berulang terhadap suatu stimulus baru biasanya akan berakibat pada evaluasi yang semkin positif terhadap stimulus tersebut(Baron&Byrne, 2009). Selain itu ada pula teori yang menjelaskan bahwa reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi cukup sering, taanpa peduli betapa tidak nalarnya reaksi tersebut. Hal ini kemudian disebut daya tarik fisik.
Dalam hal ini ketertarikan antara remaja penggemar Korean Pop atau Korean Drama memang bukan ketertarikan timbal balik. Namun, hal itu tidak berpengaruh apa-apa nyatanya penggemar mereka semakin banyak bahkan hingga jutaan di seluruh penjuru dunia. Teori yang bisa menjelaskan ini adala teori daya tarik fisik atau reaksi terhadap karakteristik superficial. Jadi dalam pandangan teori ini para penggemar bisa sedemikian tertarik dan histerisnya terhadap artis Korea karena daya tarik yang nampak mulai dari, yang pertama, fisik. Secara fisik atau ketampanan, konsep ketampanan ala korea memang telah melanda remaja Indonesia. Bahkan dalam diskusi singkat dengan teman-teman penggemar korea mereka menginginkan pasangan hidup dengan standar artis Korea. Kedua, daya tarik terletak pada kebaruan akan tren music dan dance ala Korea yang secara total ditampilkan oleh artis-artis Korea terutama Boyband dan Girlband. Selain itu dari segi drama juga tayangan lokal kurang memiliki daya tarik karena cerita yang monoton. Dari segi tema drama Korea yang romantic dan dramatis juga benar-benar disukai oleh remaja putri Indonesia karean faktor usia. Pada umumnya remaja memang suka bila disuguhi tema-tema romantic apalagi dalam kemasan yang menarik dan segar serta penuh kreativitas. Hal itu menjadi daya tarik sendiri akan seni hiburan Korea.

Konsep Self
Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendir yang terorganisasi. Konsep self bekerja sebagai skema dasar(Baron&Byrne, 2009). Bagian dari siapa kita dan bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri ditentuka oleh identitas kolektif yang disebut sebagai social self (Santrock, 2008). Self social terdiri dari dua komponen: berasal dari hubungan interpersonal dan berasal dari keanggotaan pada kelompok yang lebih besar.Tokoh panutan dapat member inspirasi bagi individu untuk menghasilkan harapan yang spektakuler dan prestasi dalam hubungannya dengan self mereka di masa yang akan datang.
Self concept  merupakan hal yang mendasar bagi kepribadian seseorang karena menjadi dasar seseorang menilai dirinya baik dengan idealitanya sendiri maupun dengan orang lain. Identitas kolektif juga ditentukan oleh sosialnya (Santrock, 2008).. Budaya juga mempengaruhi, dalam hal ini budaya yang merebak adalah budaya Korea sehingga yang mendominasi adalah tentunya style ala Korea. Konsep diri secara fisik seperti ketampanan dan kecantikan ala korea juga mendominasi. Bahkan bukan tidak mungkin internalisasi nilai moral ala Korea juga mulai disebarkan lewat berbagai tayangan seni hiburan Korea. Apalagi remaja ada dalam proses pencarian jati diri yang senang mengeksplor diri dengan mencoba segala sesuatu. Namun budaya kolektif dan kedekatan dengan teman-teman juga menyebabkan kesamaan pilihan-pilihan role model yang diacu.
Remaja juga melakukan pembentukan Self Konsep dengan perbandingan social. Beberapa ahli perkembangan meyakini bahwa remaja, dibandingkan dengan anak-anak, lebih sering menggunakan perbandingan social untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.
Ketika remaja mengeksplorasi dan mencari identitas budayanya, remaja seringkali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Dukungan teman sebaya merupakan hal yang penting dibandingkan dengan dukungan orang tua di masa remaja akhir (Santrock, 2008).. Oleh karena itu faktor yang dominan berpengaruh terhadap remaja adalah teman-teman. Dalam hal ini klub penggemar-penggemar artis Korea juga menjadi manifestasi akan kebersamaan bersama teman-teman. Sehingga satu kelompok gadis-gadis penggemar Korea juga akan memiliki kesamaan perilaku yang sama yaitu menonton drama,menyanyi lagu korea, style baju hingga selera terhadap lawan jenis akan sangat mungkin sama.
                 
Bab IV Penutup
            Menggejalanya fenomena Korean Wave secara psikologis bisa dijelaskan dengan teori kognisi social mengenai bagaimana informasi diolah dan selanjutnya melekat terus menerus dalam benak individu dan termanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku. Proses observasi yang dilakukan oleh para penggemar Korean drama atau Korean Pop secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi beberapa hal mulai dari style baju, life style, karakteristik pasangan hidup hingga ketertarikan akan bahasa Korea.
Ketertarikan pada artis Korea bukanlah ketertarikan interpersonal timbale balik melainkan ketertarikan satu arah. Di mana penggemar tertarik ke arah artis pujaan. Namun, ketertarikan ini tetap sedemikian besarnya dan menimbulkan hysteria karean artis-artis ini memeilik daya tarik fisik akan karakteristik superficial yang begitu besar.
Kebesaran daya tarik ini disebabkan oleh dua faktor yakni internal dan eksternal. Internalnya adalah karena kepribadian remaja yang masih belum stabil sehingga masih mencari-cari role model yang diinginkan. Hebatnya gelombang Korean Wave mau tak mau juga melanda kepribadian mereka. Selain itu kebutuhan akan pertemanan pada remaja juga menyebabkan banyaknya komunitas-komunitas penggemar artis Korea. Dari segi eksternal menggejalanya Fenomena Korean Wave juga karena industri music atau drama yang terus menerus mengimpor seni hiburan asal Korea sehinnga terus menerus terngiang dalam benak para remaja.
Dari uraian tersebut bisa jelas dibaca bahwa pembentukan konsep diri juga secara otomatis dipengaruhi oleh Korean Wave. Hal itu disebabkan remaja terus mencari role model ideal yang diinginkan dan seringkali terpengaruh atas tren yang ada. 

tugas kuliah saya... :)

1 komentar: