Bab I
Pendahuluan
Tekhnologi informasi
dan komunikasi yang berkembang pesat pada akhir decade ini tak hanya berdampak
secara ekonomis. Secara sosiologis dan psikologis, melesatnya perkembangan teknologi juga
memiliki dampak yang maha dahsyat. Aspek sosiologis dan psikologis ini
terdampak oleh karena pertarungan budaya-budaya dari seluruh penjuru dunia,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini pertarungan
budaya antar negara atau antar bangsa merupakan hal yang coba untuk dibahas.
Hiburan atau
entertainment memang menjadi satu hal yang penting dan bahkan menjadi satu hal
yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hiburan ini didapatkan oleh
manusia sala satunya dari media hiburan elektronik mulai dari radio, tv, hingga
handphone yang kini telah dilengkapi berbagai macam fitur yang mutakhir menjadi
onestop gadget.
Tapi piranti atau
gadget yang paling menjadi pilihan adalah internet. Hal itu disebabkan internet
merupakan gadget yang paling update dan luas jaringannya. Berbagai macam
hiburan baik film, music, maupun gambar bisa didapat di sini secara gratis.
Selain dari segi kualitas internet itu sendiri, secara kuantitas internet juga
telah merambah wilayah pedesaan hingga pelosok berkat pelopor pemerintah maupun
swasta. Kemudahan inilah yang membuat dunia menjadi terbentang luas tanpa
batas. Berbagai budaya, bahkan dari kutub utara bisa mencapai Jepara paling
utara. Manifestasi-manifestasi budaya itu banyak dikemas dalam berbagai bentuk
seni hiburan.
Budaya dari tiap negara
mempunyai cirri khasnya sendiri dan tiap negara akan direspon secara berbeda.
Dalam hal ini budaya yang dibawa oleh negara Korea Selatan tengah menjadi trend
yang sangat menonjol selama setahun terakhir. Boyband, girlband, dan drama seri
Korea Selatan merupakan komoditi yang laris manis di Indonesia. Hallyu
atau Korean Wave, istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop
Korea secara global. Pesebaran akan budaya korea itu nampak dari berbagai hal.
Pertama tayangan di televise kini kebanyakan menampilkan drama seri korea atau
konser-konser boyband atau girlband Korea. Kedua trend music kita juga
mengalami corak baru. Corak baru tersebut adalah munculnya beragam boyband
dengan style yang mirip atau sealiran dengan boyband Korea. Sehingga tak pelak
lagi boyband atau girlband dalam negeri ini sering dianggap plagiat.
Ketiga dari yang bisa
diamati di setiap sudut kelas banyak gadis atau kelompok gadis yang histeris
hanya karena membahas sekelompok boyband Korea idola mereka. Hingga muncul
komunitas atau klub-klub yang terbentuk atas dasar siapa idola mereka.
Klub-klub dari berbagai penjuru ini bahkan bertemu hanya untuk menonton bersama
boyband idola mereka hingga menangis histeris. Kegiatan kopi mengkopi video
atau lagu-lagu Korea menjadi hal yang biasa ditemui bahkan hingga di
sudut-sudut kampus ternama. Di lapak-lapak penjual koran di kantin-kantin
kampus tabloid-tabloid yang membahas boyband, girlband atau artis Korea Selatan
juga semakin bertambah. Mode-mode baju juga kian mengalir kea rah Korean Style.
Dalam perbincangan
sederhana dengan-dengan beberapa gadis-gadis di fakultas-fakultas pun artis
Korea dan kesehariannya kian menjadi topik utama. Mengeluarkan uang
berjuta-juta hingga berangkat ke luar negeri demi menonton konser artis pujaan
pun dilakoni. Selanjutnya yang tak kalah menarik adalah banyak dari gadis-gadis
yang memuja artis-artis Korea juga tertarik untuk belajar Bahasa Korea dan
sejarah Korea secara serius. Terakhir yang juga menarik dan kadang ironi adalah
para gadis ini tak jarang mengungkapkan keinginannya untuk tinggal bahkan
menjadi warga negara Korea.
Betapa dahsyatnya
gempuran budaya Korea sehingga budaya seni hiburan dalam negeri tak berdaya
dibuatnya. Pemudi-pemudi negeri lebih memilih menonton tayangan Korea daripada
tayangan lokal yang kerap dianggap menjiplak dan monoton. Masalah ini telah
menjadi bahan kajian menarik di berbagai artikel berita. Hal itu disebabkan
adanya kemungkinan atau anggapan bahwa budaya Korea ini akan berdampak buruk
bagi kepribadian remaja, khususnya remaja putri. Apalagi tak sedikit dari para
gadis ini yang akhirnya bahkan menerapkan standar pasangan sesuai artis Korea
idaman mereka. Style, pasangan, preferensi hiburan, preferensi belajar bahasa
asing, dan preferensi aliran music semua tak bisa dilepaskan dari bau-bau
Korea.
Oleh karena beberapa
hal tersebut di atas maka makalah ini akan mencoba menganalisis bagaimana
remaja khususnya remaja putri dalam menilai atau mengolah informasi sehingga
terbentuk fenomena Korean Wave di
Indonesia serta dampaknya bagi
kepribadian mereka.
Bab II Deskripsi
Gejala
Dalam makalah ini juga akan
disajikan beberapa data sekunder yang akan mendukung deskrisi gejala mengenai
Fenomena Korean Wave.
a. Maraknya
Boyband dan Girlband asal Korea.
…..Dunia musik Indonesia juga tidak bisa menghindar dari Hallyu.
Boyband dan girlband yang mengambil konsep Korea pun mulai
bermunculan. Tren ini mungkin akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan.
Hal itu juga Bisa dilihat saat acara As1anniversary yang berlangsung
pada 5 Januari 2012 di Twin Plaza Hotel. Walau acara tersebut dimaksudkan untuk
penggemar J-pop dan K-pop, sebagian besar pengunjung adalah penggemar pop
Korea…. (www.oktomagazine.com)
…..Demam K-Pop dan Drama Korea mulai menghinggapi sebagian besar remaja
di negeri ini. Saat SUPER JUNIOR (SuJu) akan mengadakan Konser Super Show 4 di
Jakarta, begitu banyak remaja kita yang rela antri sehari semalam hanya untuk
mendapatkan tiket konser itu…. (www.sosbud.kompasiana.com)
…..Remaja kita kini sangat menggilai bintang-bintang Korea seperti Super
Junior, Shinee, DBSK, SNSD, dan Wonder Girls. Apalagi para penggemar Super
Junior yang menamakan diri mereka Komunitas ELF, singkatan dari Ever Lasting
Friend….
…. Salah satu boyband asal Korea Selatan yang memiliki banyak fans di
Indonesia dan terkenal tidak hanya di Asia bahkan Dunia serta cukup berpengaruh
di industry musik asia adalah Super Junior. Boyband yang beranggotakan 13
pria muda asal Korea Selatan ini memiliki penggemar di banyak Negara di
dunia terutama asia dan Super Junior merupakan sebuah
fenomena yang menarik untuk dikaji karena pasalnya boyband ini memiliki jutaan
fans/penggemar yang tergabung dalam banyak fansclub yang juga tersebar
diseluruh dunia….. (Obteteriana, 2011)
b. Histeria
Penggemar Boyband dan Girlband Korea
…..Super Junior
merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji karena pasalnya
boyband ini memiliki jutaan fans/penggemar yang tergabung dalam banyak fansclub
yang juga tersebar diseluruh dunia bahkan ada fansclub yang lingkupnya internasional, jadi anda harus
mendaftar dan memiliki kartu member fansclub jika ingin menjadi fans resmi dan
diakui menjadi fans Super Junior yang kerap disebut ELF ini. Fansclub ini melakukan banyak
kegiatan bersama misalnya menonton konser bersama, mengadakan acara gathering
atau kumpul kumpul dan diskusi yang biasanya dilakukan via online lewat
forum-forum diskusi di internet dan tema diskusinya tentu saja tentang idola
mereka, Super Junior….. (Obteteriana,
2011)
….Para penggemar, terutama remaja, tak henti menggandrungi segala macam
yang berhubungan dengan sang artis pujaan. Mulai dari aksesori yang di pakai,
musik yang dibawakan oleh boyband, berita-berita yang sedang terjadi di Korea
pun akan segera diketahui oleh penggila gelombang ini…. (www.oktomagazine.com)
…. Baru-baru ini, SONEs dari Indonesia dan Filipina menandatangani petisi
untuk meminta konser SNSD di negara mereka. Dengan Asia yang sedang berlangsung
Tour / pertunjukan di negara-negara seperti Jepang, Cina, Taiwan, Thailand,
dll, permintaan dan menggila untuk para
gadis memang meningkat……(www.primadona-minhwanfact.blogspot.com)
……Demam K-Pop dan Drama Korea mulai menghinggapi sebagian besar remaja
di negeri ini. Saat SUPER JUNIOR (SuJu) akan mengadakan Konser Super Show 4 di
Jakarta, begitu banyak remaja kita yang rela antri sehari semalam hanya untuk
mendapatkan tiket konser itu. Bercermin dari harga tiket konser SuJu yang
lumayan mahal, apakah kita tahu semua remaja itu berasal dari keluarga mampu
yang memiliki tingkat ekonomi berlebih?.......(www.sosbud.kompasiana.com)
….Kikan (15) yang masih ABG itu begitu mengidolakan musik K-Pop. Saat
tahu idola kesayangannya sang fenomenal SuJu akan menggelar konser “Super Show
4″ pada tanggal 28 dan 29 Mendatang di Mata Elang Internasional Stadium,
Jakarta, Kikan begitu menggebu-gebu ingin mendapatkan tiket konser itu seperti
teman-temannya. Mulailah ia merayu sang ayah agar bisa membeli tiket yang
harganya lumayan mahal itu.
Jono berusaha memberi pengertian pada putri bungsunya itu. Jono
mengatakan bahwa gajinya takkan cukup untuk hidup mereka sebulan jika Kikan
tetap memaksa dibelikan tiket Konser Super Show 4 itu. Sayangnya, Kikan belum
bisa memahami akan kesulitan ayahnya. Ia tetap ngotot minta dibelikan tiket
konser itu. Bahkan Kikan ngambek tidak mau keluar kamar bila ayahnya tak
memenuhi keinginannya….. (www.sosbud.kompasiana.com)
….Fenomena K-Pop dan drama Korea di negeri ini memang tak bisa terbendung
lagi. Seharusnya orang tua bisa meyakini putra putri mereka bahwa tak perlulah
sampai seperti itu mengidolakan artis Korea. Remaja kita kebanyakan telah
termakan budaya luar. Apapun yang masuk ke negeri ini, berbondong-bondong
diikuti. Alasan utamanya karena artis-artis Korea itu ganteng dan keren!
Apalagi Drama Korea yang banyak ditayangkan di televise…. (www.sosbud.kompasiana.com)
c. Konsep
Tampan, Mode Baju dan Kuliner A La Korea yang mulai popular
…..Begitu juga berbagai jenis kuliner Korea mulai menjamur di
Indonesia, contohnya, kimchi dan tteokbokki. Kalau di negara
asalnya jajanan tersebut bisa ditemukan di hampir semua pusat perbelanjaan….(www.oktomagazine.com)
…. Namun, perlu diakui bahwa kuatnya karakter dan identitas para artis
Korea mampu membuat mereka menjadi trendsetter baru dalam dunia musik,
seni acting, fashion dan gaya hidup…. (www.oktomagazine.com)
… Konsep tampan itu kini menjadi homogen bagi Super Junior, dan
kesadaran yang mereka miliki adalah bahwa yang memiliki ciri ciri wajah seperti
Super Junior -lah yang termasuk pria tampan. Homogenitas tentang criteria pria
tampan dikonstruksikan atau dibentuk oleh media dan salah satu representasinya
adalah Super Junior, hal ini (konstruksi ketampanan ini) yang juga
menginspirasi salah satunya boyband SM*SH… (Obteteriana,2011)
….Jenis
baju yang dijual pun bermacam-macam, salah satunya baju Korea import yang
dijual dengan harga murah. Hal tersebut biasanya tidak lepas dari faktor
permintaan masyarakat Indonesia yang sudah mulai memakai baju-baju asal negeri
ginseng itu…. (www.gayakoreajepang.com)
d. Populernya
Bahasa Korea di Indonesia
…. Begitu
tergila-gilanya, sampai-sampai diantara para pengggemar itu mempelajari bahasa
Korea, “Supaya bisa berkomunikasi dengan sang pujaan,” kata salah satu diantara
mereka saat diwawancarai OktoMagazine di acara As1anniversary…. (www.oktomagazine.com)
Beberapa kutipan di
atas menunjukkan bahwa demam Korea ataupun yang dalam bahasa Korea dikenal
dengan Hayyul sudah merasuk dalam berabagai aspek dan bentuk manifestasinya
yang bermacam-macam. Hal itu mulai dari gaya hidup, style, makanan, bahasa,
hingga hysteria yang kadang agak berlebihan dari para penggemar boyband Korea.
Dari kutipan berita-berita di atas menjadi menarik
untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana
proses penilaian informasi atas seni budaya Korea sehingga memunculkan banyak
hysteria dan perilaku meniru?
b. Bagaimana
dampak menggemari terlalu berlebihan dengan kepribadian remaja?
c. Bagaimana
proses ketertarikan atas artis Korea bisa begitu tingginya pada remaja?
Bab III Analisis
Gejala
Untuk menganalisis
gejala yang ada maka dalam tulisan ini akan dipakai beberapa teori.
Kognisi Sosial
Kognisi social digunakan untuk menerangkan cara-cara kita menginterpretasi,
menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia social. Dalam
teori kognisi social ada yang disebut dengan skema. Skema akan sangat
berpengaruh pada beberapa aspek kognisi social yang lain. Aspek itu adalah attention, encoding, dan retrieval. Dalam hubungannya dengan
atensi, skema akan menyaring berbagai informasi dan hanya menerima yang sesuai
atau konsisten dengan skema kita saja (Baron&Byrne, 2009). Dalam Fenomena
Korean Wave ini para penggemar benar-benar menggunakan skemanya sehingga
informasi yang konsisten,yaitu informasi mengenai artis atau boyband pujaan
mereka menjadi dengan mudahnya masuk.
Atribusi: Memahami Perilaku Orang Lain
Dalam hal memahami perilaku orang lain kita tidak hanya
ingin tahu bagaimana orang berperilaku. Kita juga ingin tahu mengapa orang berperilaku
demikian(Baron&Byrne, 2009). Intinya kita akan berusaha mencarai tahu
banyak hal tentang orang lain apalagi yang kita sukai. Hal ini disebut
atribusi.
Setelah menerima suatu informasi mengenai artis idolanya,
si penggemar ini akan terus berusaha mengumpulkan perilaku atau serita-cerita
lain mengenai idolanya ini sehingga benar-benar melekat di pikiran. Figur yang
dibangun oleh media, yang menampilkan sosok yang keren, ganteng, kreatif,
bertalenta adalah sifat-sifat yang menonjol. Oleh karena itu para penggemar
langsung menangkap itu sebagai trait utama mereka dan semakin menggemari
mereka.
Pembelajaran Melalui Observasi
Proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk
tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang
lain (Baron&Byrne, 2009). Untuk para penggemar Korean pop ini mereka cukup
dengan mengobservasi perilaku para idola mereka secara intens dan langsung
menyukainya. Selain karena ketertarikan fisik, tren juga menjadi sebab utama.
Menurut teori ini penggemar tidak hanya berhenti pada menyukainya saja, tetapi
juga meniru perilaku idola mereka. Sedangkan hal yang diiru banyak sekali,
mulai dari bahasa, cara berpakaian, dan gaya hidup lainnya. Tak jarang kemudian
apabila bisnis mode baju ala korea dan kuliner korea serta aksesoris korea kini
menjamur.
Ketertarikan Interpersonal
Hal ini merujuk pada suatu sikap mengenai orang lain. Dalam
hal ini ada pula teori repeated exposure. Menurut teori ini paparan berulang
terhadap suatu stimulus baru biasanya akan berakibat pada evaluasi yang semkin
positif terhadap stimulus tersebut(Baron&Byrne, 2009). Selain itu ada pula
teori yang menjelaskan bahwa reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi
cukup sering, taanpa peduli betapa tidak nalarnya reaksi tersebut. Hal ini
kemudian disebut daya tarik fisik.
Dalam hal ini ketertarikan antara remaja penggemar Korean
Pop atau Korean Drama memang bukan ketertarikan timbal balik. Namun, hal itu
tidak berpengaruh apa-apa nyatanya penggemar mereka semakin banyak bahkan
hingga jutaan di seluruh penjuru dunia. Teori yang bisa menjelaskan ini adala teori
daya tarik fisik atau reaksi terhadap karakteristik superficial. Jadi dalam
pandangan teori ini para penggemar bisa sedemikian tertarik dan histerisnya
terhadap artis Korea karena daya tarik yang nampak mulai dari, yang pertama,
fisik. Secara fisik atau ketampanan, konsep ketampanan ala korea memang telah
melanda remaja Indonesia. Bahkan dalam diskusi singkat dengan teman-teman
penggemar korea mereka menginginkan pasangan hidup dengan standar artis Korea.
Kedua, daya tarik terletak pada kebaruan akan tren music dan dance ala Korea
yang secara total ditampilkan oleh artis-artis Korea terutama Boyband dan
Girlband. Selain itu dari segi drama juga tayangan lokal kurang memiliki daya
tarik karena cerita yang monoton. Dari segi tema drama Korea yang romantic dan
dramatis juga benar-benar disukai oleh remaja putri Indonesia karean faktor
usia. Pada umumnya remaja memang suka bila disuguhi tema-tema romantic apalagi
dalam kemasan yang menarik dan segar serta penuh kreativitas. Hal itu menjadi
daya tarik sendiri akan seni hiburan Korea.
Konsep Self
Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri
mengenai diri sendir yang terorganisasi. Konsep self bekerja sebagai skema
dasar(Baron&Byrne, 2009). Bagian dari siapa kita dan bagaimana kita
berpikir tentang diri kita sendiri ditentuka oleh identitas kolektif yang
disebut sebagai social self (Santrock, 2008). Self social terdiri dari dua
komponen: berasal dari hubungan interpersonal dan berasal dari keanggotaan pada
kelompok yang lebih besar.Tokoh panutan dapat member inspirasi bagi individu
untuk menghasilkan harapan yang spektakuler dan prestasi dalam hubungannya
dengan self mereka di masa yang akan datang.
Self concept merupakan hal yang mendasar bagi kepribadian
seseorang karena menjadi dasar seseorang menilai dirinya baik dengan
idealitanya sendiri maupun dengan orang lain. Identitas kolektif juga
ditentukan oleh sosialnya (Santrock, 2008).. Budaya juga mempengaruhi, dalam
hal ini budaya yang merebak adalah budaya Korea sehingga yang mendominasi
adalah tentunya style ala Korea. Konsep diri secara fisik seperti ketampanan
dan kecantikan ala korea juga mendominasi. Bahkan bukan tidak mungkin
internalisasi nilai moral ala Korea juga mulai disebarkan lewat berbagai
tayangan seni hiburan Korea. Apalagi remaja ada dalam proses pencarian jati
diri yang senang mengeksplor diri dengan mencoba segala sesuatu. Namun budaya
kolektif dan kedekatan dengan teman-teman juga menyebabkan kesamaan
pilihan-pilihan role model yang diacu.
Remaja juga melakukan pembentukan Self Konsep dengan
perbandingan social. Beberapa ahli perkembangan meyakini bahwa remaja,
dibandingkan dengan anak-anak, lebih sering menggunakan perbandingan social
untuk mengevaluasi diri mereka sendiri.
Ketika remaja mengeksplorasi dan mencari identitas budayanya,
remaja seringkali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Dukungan teman
sebaya merupakan hal yang penting dibandingkan dengan dukungan orang tua di
masa remaja akhir (Santrock, 2008).. Oleh karena itu faktor yang dominan
berpengaruh terhadap remaja adalah teman-teman. Dalam hal ini klub
penggemar-penggemar artis Korea juga menjadi manifestasi akan kebersamaan
bersama teman-teman. Sehingga satu kelompok gadis-gadis penggemar Korea juga
akan memiliki kesamaan perilaku yang sama yaitu menonton drama,menyanyi lagu
korea, style baju hingga selera terhadap lawan jenis akan sangat mungkin sama.
Bab IV Penutup
Menggejalanya fenomena Korean
Wave secara psikologis bisa dijelaskan dengan teori kognisi social mengenai
bagaimana informasi diolah dan selanjutnya melekat terus menerus dalam benak
individu dan termanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku. Proses observasi
yang dilakukan oleh para penggemar Korean drama atau Korean Pop secara sadar
atau tidak sadar mempengaruhi beberapa hal mulai dari style baju, life style,
karakteristik pasangan hidup hingga ketertarikan akan bahasa Korea.
Ketertarikan pada artis
Korea bukanlah ketertarikan interpersonal timbale balik melainkan ketertarikan
satu arah. Di mana penggemar tertarik ke arah artis pujaan. Namun, ketertarikan
ini tetap sedemikian besarnya dan menimbulkan hysteria karean artis-artis ini
memeilik daya tarik fisik akan karakteristik superficial yang begitu besar.
Kebesaran daya tarik
ini disebabkan oleh dua faktor yakni internal dan eksternal. Internalnya adalah
karena kepribadian remaja yang masih belum stabil sehingga masih mencari-cari
role model yang diinginkan. Hebatnya gelombang Korean Wave mau tak mau juga
melanda kepribadian mereka. Selain itu kebutuhan akan pertemanan pada remaja
juga menyebabkan banyaknya komunitas-komunitas penggemar artis Korea. Dari segi
eksternal menggejalanya Fenomena Korean Wave juga karena industri music atau
drama yang terus menerus mengimpor seni hiburan asal Korea sehinnga terus
menerus terngiang dalam benak para remaja.
Dari uraian tersebut
bisa jelas dibaca bahwa pembentukan konsep diri juga secara otomatis
dipengaruhi oleh Korean Wave. Hal itu disebabkan remaja terus mencari role
model ideal yang diinginkan dan seringkali terpengaruh atas tren yang ada. tugas kuliah saya... :)
Kak, izin buat jadi referensi ya, makasioh :D
BalasHapus